Kamis, 17 November 2011
Share this Article on :
KASIH SEORANG IBU (Seorang Janda Buta)

Di suatu desa, yang tak terletak terlalu jauh dari perkotaan, hiduplah
seorang janda dengan seorang anak perempuan yang berumur 6 tahun. Janda ini
ditinggal suaminya yang sudah meninggal dalam suatu kecelakaan bersama. Pada
saat itu, si janda lebih beruntung, karena tidak hingga meninggal, tapi
meninggalkan cacat di wajahnya, yakni matanya buta sebelah.
Sejak ditinggal suaminya, kehidupan si janda menjadi sulit sekali.
Sehari-harinya beliau mencari nafkah dengan menjadi pencuci baju dari rumah
untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anaknya yang cuma
satu-satunya. Tiap pagi setelah ia mengantar anak perempuannya ke sekolah,
ia pun pergi ke rumah-rumah untuk mencuci baju. Setelah jam pulang sekolah
anaknya, tak lupa si janda pergi menjemput anaknya dan mengantarkannya
pulang dengan selamat, Inilah kehidupan sehari-hari yang dijalani si janda
bersama anaknya.
Setelah beberapa tahun berlalu, si janda pun menjadi semakin tua dan anak
perempuannya pun bertumbuh menjadi seorang gadis. Seperti biasanya, si janda
tetap mengantar dan menjemputnya dari sekolah. Anak gadis ini makin sadar
dan merasa malu tentang kondisi ibunya yang berbeda dengan orang tua
teman-temannya. Ia tidak pernah bercerita tentang keluarganya kepada
teman-temannya.
Suatu hari anak gadis ini mendatangi ibunya dan mengatakan : "Bu, saya ini
sudah besar. Tidak perlu diantar-jemput setiap hari. Saya sudah hafal jalan
dari rumah ke sekolah. Jalan ini sudah saya lalui bertahun-tahun."
Lalu si janda menjawab: "Anakku, bukannya Ibu tidak tahu bahwa kamu sudah
hafal benar dengan jalan yang kamu lalui bertahun-tahun. Tapi Ibu khawatir
kalau kamu itu lengah di jalan. Ibu khawatir kalau kamu menghadapi penjahat
di jalanan."
Lantas anak gadis inipun membantah: "Pokoknya saya tidak mau di antar
lagi!". Lalu si anak gadis ini pun berangkat ke sekolah sendiri.
Tapi ibu ini tidak sampai hati dan tetap pergi menjemputnya saat pulang
sekolah. Ia melihat anak gadisnya berjalan bersama teman-temannya dan lalu
menyapanya.
Teman-temannya menanyakan kepadanya siapa ibu itu. Karena merasa malu
terhadap kondisi si janda, lalu anak gadis ini menjawab bahwa ibu itu adalah
pembantunya. Si janda ini lalu mengerti tentang kemauan anaknya dan merasa
sedih sekali menghadapi kenyataan ini.
hari-hari berikutnya anak gadis ini pergi dan pulang sendiri tanpa di jemput
oleh si janda lagi.
Suatu hari, saat pulang sekolah, si gadis inipun berjalan bersama
teman-temannya sambil bermain-main di jalanan. Karena dia lengah, iapun
dihadang oleh mobil pada saat menyeberang jalan dan si gadis ini terbentur
kepalanya di tembok kawat duri di dekat jalanan itu. Si gadis ini harus
menginap di rumah sakit dan bola mata sebelah kanannya pecah karena tertusuk
kawat duri saat kecelakaan. Untuk mengobati matanya yang cacat itu, rumah
sakit harus mencari donor mata untuk menganti bola matanya yang pecah.
Akhirnya ada satu orang yang mau mendonorkan mata kepadanya. Setelah
menjalani operasi, si dokter bertanya kepada anak gadis ini: "Saat perban
ini dibuka, siapa pertama kali yang akan kamu lihat?" Lalu si gadis ini
menjawab: "Saya ingin melihat orang yang telah mendonorkan matanya kepada
saya. Saya ingin berterima kasih sekali kepadanya."
Lalu perban matanya dibuka dan dokter mengatakan kepadanya: " Orang itu
sedang duduk di pojok ruangan." Lalu anak gadis ini melihat seorang Ibu tua
dengan kedua belah matanya yang buta. Ibu itu tidak lain adalah ibunya
sendiri. Seketika itu ia sangat menyesali perbuatan yang dilakukannya
terhadap ibunya sendiri. Bagaimanapun dia menghina ibunya, ibunya masih
tetap mengasihinya.
Begitulah kasih Ibu yang begitu besar kepada kita semua. Kasih Ibu tiada
pamrih, Kasih Ibu tiada penuntutan, Kasih Ibu abadi......


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar